beritaterkini.id – China, sebagai salah satu pasar penerbangan terbesar di dunia, telah lama menjadi perhatian utama bagi produsen pesawat terkemuka seperti Boeing. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara China dan Boeing, khususnya terkait dengan model pesawat 737 MAX, telah mengalami ketegangan yang signifikan.
Latar Belakang Perselisihan Perdagangan
Pada tahun 2018, perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China semakin memanas. Dalam konteks ini, Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang China.
Boeing, yang berbasis di Seattle, AS, merupakan salah satu perusahaan yang paling terpengaruh oleh kebijakan tarif ini.
Dampak Tarif Impor terhadap Industri Penerbangan
Keputusan China untuk menangguhkan Boeing 737 MAX sebagian besar disebabkan oleh kekhawatiran terhadap kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS. Selain itu, Boeing 737 MAX mengalami krisis reputasi setelah dua kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat ini pada tahun 2018 dan 2019, yang menyebabkan pesawat tersebut dilarang terbang secara global untuk sementara waktu.
Posisi China dalam Industri Penerbangan Global
China memiliki kebijakan industri yang lebih berpihak pada pengembangan produsen pesawat dalam negeri. Perusahaan China seperti COMAC (Commercial Aircraft Corporation of China) sedang berupaya mengembangkan pesawat penumpang domestik untuk bersaing dengan Boeing dan Airbus.
Implikasi Keputusan China
Tolakannya terhadap Boeing 737 MAX memiliki dampak yang besar, tidak hanya bagi Boeing, tetapi juga bagi industri penerbangan global. Boeing harus menghadapi tantangan besar untuk meyakinkan kembali maskapai dan regulator China bahwa pesawat 737 MAX aman dan layak diterbangkan.
Kesimpulan
Keputusan China untuk menolak pesawat Boeing 737 MAX lebih dari sekadar soal masalah teknis atau keselamatan. Dalam jangka panjang, persaingan antara produsen pesawat global dan pesawat domestik China dapat mengubah lanskap industri penerbangan internasional.