Menimbun barang secara berlebihan bukan sekadar kebiasaan buruk atau tindakan hemat yang berlebihan. Dalam dunia psikologi, kondisi ini dikenal sebagai hoarding disorder atau gangguan menimbun, yang termasuk dalam kategori gangguan mental. Penderitanya mengalami kesulitan ekstrem untuk membuang barang-barang, bahkan yang sudah tidak terpakai. Dalam artikel ini, akan diulas lima tanda utama yang menunjukkan bahwa seseorang mungkin mengalami masalah mental penimbun barang.
1. Kesulitan Melepaskan Barang, Meski Sudah Tak Berguna
Orang dengan hoarding disorder memiliki kecenderungan untuk menyimpan segala macam barang, termasuk yang sudah rusak, tidak berguna, atau bahkan tergolong sampah. Mereka merasa tidak tenang saat diminta membuang barang, dan sering kali merasa takut kehilangan sesuatu yang mungkin dibutuhkan di masa depan, meskipun peluang untuk itu sangat kecil.
Keterikatan emosional yang tidak rasional terhadap barang ini membuat penderita mengalami kecemasan tinggi hanya dengan berpikir untuk membuang sesuatu. Ini menunjukkan adanya pola pikir yang terganggu dalam hal memilah mana yang penting dan tidak.
2. Ruangan Pribadi Berantakan dan Tidak Fungsional
Tanda fisik paling jelas dari seorang penimbun barang adalah kondisi rumah yang sangat berantakan. Barang-barang diletakkan sembarangan, menghalangi jalan, bahkan sampai menutupi meja, tempat tidur, atau kursi. Ruang-ruang penting seperti dapur dan kamar mandi bisa menjadi tidak layak pakai.
Tumpukan barang bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga membahayakan keselamatan. Banyak kasus kebakaran rumah disebabkan oleh rumah yang terlalu penuh dengan barang mudah terbakar akibat penimbunan ekstrem.
3. Menghindari Tamu dan Aktivitas Sosial
Orang dengan hoarding disorder cenderung tertutup dan enggan mengundang orang lain ke rumah mereka. Mereka merasa malu dan takut dihakimi karena kondisi tempat tinggalnya. Akibatnya, mereka mulai menarik diri dari lingkungan sosial, kehilangan koneksi dengan teman maupun keluarga.
Isolasi ini memperparah kondisi psikologis penderita, menambah rasa kesepian dan menurunkan rasa percaya diri. Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan depresi atau gangguan kecemasan yang lebih berat.
4. Dorongan Mengumpulkan Barang dari Sumber Tidak Wajar
Ciri lain dari penimbun barang adalah kebiasaan mengoleksi benda dari tempat-tempat tak lazim, seperti memungut barang bekas dari pinggir jalan, tempat sampah, atau menyimpan kemasan dan kantong plastik bekas dalam jumlah berlebihan. Mereka juga cenderung membeli barang hanya karena murah, bukan karena membutuhkannya.
Perasaan senang yang muncul saat berhasil menyimpan atau mendapatkan barang membuat perilaku ini makin sulit dihentikan. Ini berbeda dari kolektor biasa yang memiliki sistem dan tujuan tertentu dalam mengoleksi.
5. Aktivitas Harian Terganggu Serius
Pada tahap yang lebih serius, perilaku menimbun bisa mengganggu fungsi sehari-hari. Penderita bisa merasa sangat tertekan hingga sulit tidur, malas makan, atau bahkan tidak bisa bekerja karena stres akibat tumpukan barang yang terus bertambah. Kualitas hidup secara keseluruhan menurun drastis.
Beberapa penderita bahkan mengalami gangguan fungsi eksekutif otak, yang membuat mereka tidak mampu membuat keputusan sederhana seperti memilah barang atau menentukan mana yang harus dibuang terlebih dahulu.
Penanganan dan Solusi
Hoarding disorder membutuhkan pendekatan yang tepat, karena tidak bisa sembuh hanya dengan diberi nasihat atau ditekan untuk membuang barang. Terapi psikologis, khususnya Cognitive Behavioral Therapy (CBT), sangat efektif untuk membantu penderita belajar membuat keputusan dan mengelola kecemasan saat harus melepaskan barang.
Dukungan dari keluarga dan orang terdekat juga sangat penting agar penderita tidak merasa dikucilkan atau dihakimi. Pendekatan penuh empati dan kesabaran sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan.
Penutup
Menimbun barang bisa menjadi tanda adanya gangguan kejiwaan serius yang tidak boleh diabaikan. Lima tanda utama seperti kesulitan membuang barang, kondisi rumah yang berantakan, menarik diri dari lingkungan, perilaku mengumpulkan barang tak lazim, serta terganggunya aktivitas harian adalah sinyal peringatan. Dengan penanganan yang tepat dan dukungan dari lingkungan, penderita hoarding disorder bisa mulai menjalani hidup yang lebih sehat dan teratur.